Kamis, 02 Februari 2012

PELINTASAN SRI AJI JOYOBOYO

Petilasan Sri Aji Joyoboyo adalah sebuah petilasan atau tempat semedi raja dari kerajaan Kediri, yaitu Raja Joyoboy. Selain sebagai Raja Kediri pada abad XII, Joyoboyo juga terkenal dengan kitab " JONGKO JOYOBOYO " yang berisi tentang ramalan-ramalan kejadian di masa yang akan datang.Petilasan ini merupakan situs bersejarah yang terletak di 15 Km dari pusat kota Kediri.
Selayaknya tempat bersejarah, petilasan ini banyak dikunjungi oleh mereka yang ingin melihat beberapa peninggalan seperti, Sendang Tirto Kamandanu, Palinggihan Mpu Mharadah dan Arca Totok Kerot. Selain itu, banyak pula yang mengunjungi untuk berziarah, dengan puncak kunjungan terjadi pada 1 Suro, pada kalender Jawa.

TAMAN WISATA UBALAN

Taman wisata Ubalan, terletak 15 Km dari kota Kediri, tepatnya berada di Kalasan, desa Minyak Jarak, kecamatan Ploso Klaten. Taman wisata ini menawarkan kesejukan di tengah hutan lindung dan mata air alami dalam kolam yang jenih.
Pada obyek wisata seluas 12 hektar ini, pengunjung bisa menikmati wana wisata dengan berenang, berperahu dan sepeda air, memancing, berkemah atau hanya sekedar menikmati taman.
Penduduk lokal percaya bahwa air dari sumber mata air Ubalan ini bisa memperpanjang umur dan bisa membuat awet muda.

CANDI TEGOWANGI

Sesuai dengan namanya, candi ini terletak di Desa Tegowangi, kecamatan Plemahan, sekitar 4 Km dari pusat kota Pare Kediri.
Candi Tegowangi memiliki ketinggian sekitar 4,35 M dan berukuran 11,20 x 11,20 M.
Seperti yang disebutkan dalam Kitab Paraton, candi Tegowangi merupakan tempat pendermaan Bhre Matahun. Dalam kitab Negarakertagama, dijelaskan bahwa Bhre Matahun meninggal tahun 1310 C (1388 M), maka diperkirakan candi ini dibangun pada tahun 1400 di masa majapahit, karena pendhermaan seorang raja dilakukan 12 tahun setelah sang raja meninggal dengan upacara Srada.
Menelisik dari bentuk bangunan, candi Tegowangi berbentuk bujur sangkar dan menghadap ke barat. Pondasinya terbuat dari batu bata, sedangkan balur kaki dan sebagian tubuh yang tersisa terbuat dari batu andesit. Bagian kaki candi berlipit dan berhias. Tiap sisi kaki candi ditemukan tiga panil tegak yang dihiasi raksasa atau gana yang duduk berjongkok, kedua tangan diangkat ke atas seperti mendukung bangunan candi. Di atasnya terdapat tonjolan-tonjolan berukir melingkari kaki candi. Di atas candi terdapat sisi genta yang berhias.
Di halaman candi terdapat beberapa arca, yaitu Parwati, Ardhanari, Garuda berbadan manusia, dan sisa-sisa bangunan candi di sudut tenggara. Candi ini diyakini sebagai candi beraliran agama hindu.

AIR TERJUN DOLO

Air terjun Dolo terletak di desa Jugo, kecamatan Mojo, sekitar 25 Km arah barat kota Kediri. Perjalanan ke Wisata Air Terjun Dolo sangat menyenangkan dan bisa ditempuh sekitar dua jam dari Pare atau sekitar satu jam dari kota Kediri.
Letak kawasan wisata air terjun ini kurang lebih 1.800 meter di atas permukaan laut. Sedangkan ketinggian air terjunnya diperkirakan mencapai 125 meter.
Kawasan wisata ini dilengkapi dengan beberapa fasilitas pariwisata, seperti; taman bermain, camping ground, area untuk joging, hiking, dll. Keindahan obyek wisata ini semakin lengkap dengan adanya udara yang segar dan sejuk khas pegunungan, suasana yang hijau dan tenang dan kealamian dari air terjunnya sendiri.

WISATA ALAM GUNUNG KELUD

Wisata Gunung Kelud DESA Sugihwaras, Kecamatan Ngancar, Kabupaten Kediri (Jatim), Minggu pagi 21 Januari 2001. Puluhan penduduk tampak mengangkuti tetumbuhan, buah-buahan, dan kayu-kayuan yang mereka ambil dari kawasan hutan Gunung Kelud, dengan menggunakan sepeda motor. Para penduduk itu dengan lincah melintasi jalan desa selebar kurang lebih lima meter, yang beberapa sisinya banyak berlubang. Siapa pun yang melewati jalan itu memang harus berhati-hati, agar jangan sampai terpelanting jatuh gara-gara lubang di tengah jalan. Sugihwaras adalah desa terakhir sebelum seseorang memasuki kawasan Gunung Kelud. Sekitar satu kilometer di atas Sugihwaras, terdapat areal perkebunan milik Perusahaan Daerah Perkebunan (PDP) Margomulyo, Pemerintah Kabupaten Kediri.
Gunung Kelud diabadikan dari udara. SIAPA pun akan merasa nyaman jika melewati ratusan hektar kebun tebu dan kopi milik PDP Margomulyo, di kanan kiri jalan. Hawa yang sejuk di pagi hari, disemarakkan oleh kicau burung yang terbang ke sana ke mari. 
Dari Sugihwaras, harus ditempuh sepuluh kilometer lagi sebelum sampai ke kawah Kelud. Walaupun sudah beraspal, namun bagi mereka yang membawa mobil, jangan harap dapat mengemudikannya hingga mendekati kawah. Pasalnya, jalan aspal itu hanya selebar dua meter. 
Jika memang akan memasuki jalan menuju kawah, pengemudi juga harus tetap waspada, karena dari arah berlawanan sering muncul penduduk yang membawa tetumbuhan dan kayu, dan biasanya meluncur dengan kecepatan tinggi. Jangankan mobil. Pengendara sepeda motor pun harus merapat ke sisi kiri untuk menghindari tabrakan. Jika tidak, siapa pun harus siap 'tertampar' sebongkah tumbuhan atau setumpuk kayu. 
Lepas dari papasan dengan penduduk, masih ada rintangan lain. Beberapa sisi jalan menuju kawah banyak yang longsor dan licin, terutama jika setelah turun hujan. Akibatnya, lengah sedikit saja, siapa pun dapat terperosok ke dalam jurang. 
"Lolos" dari jalan berliku-liku menuju daerah kawah bukan berarti mudah memasuki kawah. Sebab, jalan aspal sudah habis di sekitar dua kilometer menjelang kawah. Sehingga, satu-satunya cara menuju kawah, adalah dengan berjalan kaki melintasi jalanan berbatu. 
Dengan demikian, siapa pun yang mengendarai sepeda motor, harus rela meninggalkan kendaraannya tanpa pengamanan dari siapa pun. Atau, ia harus ikhlas untuk tidak ke kawah, alias menikmati pemandangan tebing dan pemandangan Kota Kediri bagian bawah dari tempat itu. Setelah itu, pulang tanpa menyaksikan kawah.